photo

photo
pelangi setelah hujan

Sabtu, 22 Januari 2011

Pejabat korupsi makmur, Rakyat miskin tambah subur

Pejabat korupsi makmur, Rakyat miskin tambah subur

Indonesia, Negara yang sangat kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) tapi tidak dengan warganya, warga yang egois, rakus, maruk. Pejabat-pejabat kaya, sangat kaya. Dengan kekayaannya mereka bisa lepas dari kejahatan mereka sendiri. Mungkin sangat gampang bagi mereka, untuk lepas dari jeratan penjara Negara, hanya dengan mengerahkan tangan dengan setumpuk uang, dan masalah selesai. Mereka memperkaya diri dengan korupsi. Korupsi sudah melekat pada diri para pejabat. Manusia sekarang buta hati, telinga, dan mata. Badan legislative yang bertugas membuat UU malah melanggar, mau dibawa kemana Negara kita??!! Mereka seperti kera, rakus, segala dimakan. Mereka berebut kedudukan tinggi dalam pemerintahan, hanya agar bisa makmur. Mereka tidak memperdulikan rakyat. Janji mereka hanya janji busuk yang semu. Jika pemimpinnya seperti itu, bagaimana dengan rakyatnya, mungkin tidak sedikit rakyat yang melakukan tindak korupsi tersebut.

Ahh, sekarang hakim yang bertugas mengadili, juga tidak adil. Para hakim yang rakus dan maruk lebih mementingan kemakmuran hidupnya dengan berkolusi. Yaa, kolusi, teman akrab korupsi. Kolusi sering digunakan para koruptor agar saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama yaitu BERKORUPSI, uang adalah tujuan mereka, jika ada kesempatan, misi mereka berjalan. Hakim sekarang tidak mikir dengan hati, Gayus Tambunan pegawai biasa di pajak yang berkorupsi sampai bisa ke luar negeri hanya dihukum 7 tahun. Haha, bodoh sekali hakim sekarang, apakah mereka tidak melihat berapa juta rakyat Indonesia yang semakin sengsara akibat uang rakyat dan Negara yang telah diambil oleh Gayus? Sepertinya pantas jikalau Gayus di hukum mati, secara, dia sudah mengambil uang rakyat dan menyebabkan rakyat meninggal. Gayus Tambunan salah seorang rakyat Indonesia yang bisa kaya dengan korupsi.

Di dunia dewasa seperti ini, para koruptorpun sudah semakin cerdik dan licik untuk menjalankan misi-misinya untuk lebih menyiksa rakyat pinggiran. Yaa, kalau kita lihat apasih yang dilakukan para pejabat?! Mana janji mereka?! Mana kualitias yang mereka punya?! Mereka tidak sama sekali berkualitas, mereka lebih layak di kandang kera. Saat sidang paripurna apakah mereka berpikir tentang rakyat Indonesia yang sedang sengsara? Jawabannya tidak, mereka sibuk facebook-an, mereka sibuk mengupload video-video yang tidak layak, yang mereka lakukan bersama wanita-wanita berhati seperti ular. Hah ! asal kau tahu pejabat, rakyat malu memiliki pejabat seperti kau!

Satu lagi teman sejati korupsi, yaitu nepotisme. Korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang sering disebut dengan KKN adalah teman sejati, mereka adalah 3 serangkai, tak bisa dipisahkan. Jikalau hanya korupsi dan kolusi sepertinya kurang lengkap jika tidak ada nepotisme. Perbuatan keji yang satu ini adalah kegiatan yang mengutamakan persaudaraan, artinya nepotisme melakukan tindak korupsi akibat adanya hubungan kekeluargaan. Niatnya baik meningkatkan persaudaraan tapi caranyalah yang salah. Contohnya seperti, alm. Presiden Soeharto yang menjadi manusia paling kaya sendiri dan dia memperkaya diri sendiri, akibat anak anaknya dan keluarganya diberi kekuasaan untuk berusaha dengan memiliki perusahaan dan memiliki kekayaan, yang terkadang caranya membuat tidak adanya keadilan. Itulah salah satu bentuk dari nepotisme.

Hah ! hey ! para pejabat, enak sekali kau keluar dari mobil mewah sembari dipayungi, enak sekali kau hidup dipenjara tetapi fasilitas seperti di hotel. Kau memiliki berbagai sepatu bermerek, dan rakyatmu beralasan kaki yang dibuat dari hasil kreativitas mereka, dan tidak tahan lama, itupun hanya semerek. Kau tidur di kasur yang empuk, kau bangun sudah ada hidangan makanan, rakyat pinggiran tidur tanpa alas dan berharap tidak bangun selamanya. Hey orang tinggi apakah kau ingat pasal UU no.31 th.1999 tentang tindakan korupsi yang kau lakukan?

Inilah negaraku, dan merekalah pemimpin negaraku, pejabat korupsi makmur, rakyat miskin tambah subur.

Bekasi, 21th'11

Aufa Liddinillah

Tidak ada komentar: